Cerita Pengalaman Mendorong Vespa yang Mogok
SIMBAHNUR.COM - Sore itu, entah bulan apa saya lupa, yang pasti masih di tahun dua ribu delapan belas. Sehabis ada urusan, saya menyempatkan untuk mampir ke rumah teman. Vespa yang saya kendarai saya parkirkan tepat di bawah pohon yang berada di depan rumahnya.
Ternyata di situ juga ada tiga orang teman yang lebih dahulu mampir. Sebenarnya sebelumnya memang kami tidak janjian terlebih dahulu dan tidak merencanakan apapun, cuma mampir untuk main saja.
Tak berselang lama hujan turun dengan begitu derasnya. Sehingga menyebabkan saya harus lebih lama di tempat teman sambil menuggu hujan reda. Kopi hitam panas diselingi rokok menjadi teman kami sembari menikmati suasana dingin dan suara hujan yang begitu deras.
Ketika hujan turun dengan begitu deras, saya sempat khawatir dengan kondisi vespa yang ada di depan rumah. Soalnya jog vespa tersebut masih menggunakan jog pisah depan belakang. Sehingga bagian tangki bensin tidak tertutupi, takutnya kalau ada air hujan yang masuk ke tangki bensin tersebut.
Walaupun demikian, saya tetap membiarkan saja vespanya di situ, karena memang sudah tidak ada tempat lagi. Kalaupun mau pulang hujannya juga masih cukup deras, Ya terpaksa vespanya dibiarkan begitu saja kehujannan.
Baca Juga : Naik Bus Dari Jogja Ke Semarang Lewat Kartasura
Hujanpun baru reda sekitar jam setengah tujuh malam. Lumayan lama juga saya berada di rumah teman. Karena sudah malam ditambah perut yang minta diisi, sayapun pamit utuk pulang duluan.
Ketika sampai di depan rumah tepat di mana vespa saya terparkir, ternyata benar. Body vespa dalam keadaan basah dan terdapat sedikit genangan air di atas tangki bensin. Melihat keadan itu saya mulai pesimis bahwa vespa akan sulit untuk dihidupkan.
Ternyata benar, setelah mencoba beberapa kali mengengkol kick starter, vespa tetap tidak mau menyala. Ketika itu, teman saya yang dua orang kebetulan mau pulang juga (berboncengan). Mereka pun menawarkan bantuan untuk menyetep vespa saya.
Sayapun mengiyakan tawarannya tersebut. Kebetulan waktu itu memang jalurnya sama searah dengan rumah saya.
Kurang lebih baru menyetep sekitar lima kilo teman saya berkata "Coba, sambil saya step kamu masukkan gigi persenelingnya ke gigi dua atau tiga". Sayapun melakukan apa yang dikatakannya. Ternyata vespanya dapat menyala untuk sementara waktu.
Benar saja baru berjalan puluhan meter vespa tersebut kembali mati. Dan setalah saya tengok ke belakang, teman yang tadi menyetep sudah tidak ada, kayaknya berputar arah, Sayapun tidak menyadari akan hal itu. Dalam hati, hanya kata-kata kotor yang terucap untuk teman saya tersebut.
Gerimis di malam itu kembali datang. Vespa saya dorong ke depan halaman rumah orang yang tidak saya kenal untuk berteduh. Saat itu juga, saya mencoba untuk memperbaiki vespa tersebut, Sembari berharap ada orang baik hati yang mau menolong.
Dan memang sial betul saya di malam itu, mau minta bantuan lewat handphone tapi batrenya habis, berharap ada orang yang menolong tapi ditunggu-tunggu tidak ada yang menolong.
Mungkin saya di tempat itu sekitar dua jam bahkan lebih. Mulai mengecek pengapian, membongkar pasang karburator bahkan tiga sampai empat kali sudah saya lakukan. Tetapi hasilnya sama saja vespa tetap tidak mau menyala.
Hanya ada satu kata yang ada di pikiran saya waktu itu, yaitu Pasrah!!!!! , ya mau bagaimana lagi undah mencoba segala cara tapi si vespa tetap tidak mau menyala. Jarak tempuh dari tempat saya saat itu masih sekitar 5 sampai 6 kilo untuk sampai ke rumah. Ya mau begitulah, terpaksa vespa saya dorong sendiri dengan tenaga yang masih tersisa :D
Kebetulan masih ada warung kelontong yang masih buka, satu botol air mineral saya beli untuk menemani perjalanan di malam itu.
Untuk sampai rumah, waktu itu jarak terdekat yang harus saya lalui harus melewati sekitar empat dusun, karena memang rumah saya terletak di daerah pedesaan.
Baru berjalan kurang lebih tiga ratus meteran, ketemulah saya dengan jalan yang menurun kemudian menanjak. Waktu turunnya sih enak tapi ketika menajak, Sumpah ndorong vespa dengan kondisi mesin mati dan tidak ada yang membantu rasanya berat banget. Bahkan ketika hampir sampai di atas rasanya vespa mau melorot turun kembali, tetapi tetap saya paksakan untuk sampai.
Saya standarkan vespa di jalan yang landai, sambil istirahat dan membuka tutup botol air mineral yang tadi saya beli untuk diminum. Baru satu sampai dua tenggukan rasa nikmat dari air mineral tersebut benar-benar terasa dan tak seperti ketika saya meminum air mineral pada umumnya.
Malam itu benar-benar sepi, sedikit gerimis datang kembali.
Perjalanan kembali saya lanjutkan. Hanya beberapa orang yang saya jumpai di malam itu, mungkin sudah pada terlelap di dalam kamar, karena suasananya memang nyaman untuk tidur di atas kasur.
Sampai akhirnya saya bertemu dusun kedua sebelum dusun saya.
Jalanannya begitu sepi dan terletak di pinggir permukiman, tidak ada lagi lampu pinggir jalan dan di situ juga ada kuburan, Dan benar-benar sepi, rasa takut dalam diri saya mulai muncul, tetapi mau bagaimana lagi, Vespa tetap saya dorong ditemani sunyi gelapnya malam.
Saya jumpai jembatan yang ada sungai mengalir dengan suara gemercik air terdengar di telinga. Tak lama setelah melewati jembatan tersebut, Terlihatlah sosok berwarna biru yang membuat jantung saya berdegup begitu kencangnya untuk beberapa saat.
Ternyata sosok tersebut adalah seseorang yang berdiri menggunankan jas hujan dan sedang memancing ikan di selokan kecil di sebelah jembatan.
"Haduuuh pak pak get geti wae" dalam hati benar-benar ketakutan tapi setelah tahu kalau sosok tersebut adalah seorang yang sedang macing, senyum kecil sekaligus rasa geli tak lepas menemani saya sambil mendorong vespa. Jadi kaya orang gila, Biarin.
Entah mendapat tenaga dari mana, Setelah istirahat tadi setelah di tanjakan, saya kuat untuk melanjutkan perjalanan sampai ke rumah. Mungkin juga karena jalanannya yang landai, sehingga beban si vespa tidak seberat ketika menajak tadi.
Sampailah di rumah yang menjadi tujuan utama saya. Vespa saya standarkan di depan pintu garasi, tidak langsung saya masukkan.
Tubuh ini saya bawa ke kursi panjang di depan rumah. Di situ saya hanya duduk menikmati rasa lelah yang membuat baju saya basah keringat, kepala nyut-nyutan dan beberapa saat ketika melihat seperti semuanya hitam.
Benar-benar sebuah pengalaman yang tidak mungkin untuk saya lupakan.
Okelah, mungkin sedikit berbagi cerita tentang Pengalam Saya Mendorong Vespa, cukup sampai di sini. Semoga bisa menjadi bacaan yang menarik serta memberikan hiburan. Terimakasih telah meluangkan sedikit waktunya untuk berkunjung dan membaca:D
Baca Juga : Alasan Cat Original Vespa Lebih Menarik
Beberapa hari setelah kejadian, saya bertemu dengan teman yang menyetep vespa saya waktu itu. Saya ceritakan semuanya kepadanya. Ternyata alasan dia putar balik adalah untuk membeli bensin di pom. Ya,,,asudahlah:D
Ternyata di situ juga ada tiga orang teman yang lebih dahulu mampir. Sebenarnya sebelumnya memang kami tidak janjian terlebih dahulu dan tidak merencanakan apapun, cuma mampir untuk main saja.
Tak berselang lama hujan turun dengan begitu derasnya. Sehingga menyebabkan saya harus lebih lama di tempat teman sambil menuggu hujan reda. Kopi hitam panas diselingi rokok menjadi teman kami sembari menikmati suasana dingin dan suara hujan yang begitu deras.
Ketika hujan turun dengan begitu deras, saya sempat khawatir dengan kondisi vespa yang ada di depan rumah. Soalnya jog vespa tersebut masih menggunakan jog pisah depan belakang. Sehingga bagian tangki bensin tidak tertutupi, takutnya kalau ada air hujan yang masuk ke tangki bensin tersebut.
Walaupun demikian, saya tetap membiarkan saja vespanya di situ, karena memang sudah tidak ada tempat lagi. Kalaupun mau pulang hujannya juga masih cukup deras, Ya terpaksa vespanya dibiarkan begitu saja kehujannan.
Baca Juga : Naik Bus Dari Jogja Ke Semarang Lewat Kartasura
Hujanpun baru reda sekitar jam setengah tujuh malam. Lumayan lama juga saya berada di rumah teman. Karena sudah malam ditambah perut yang minta diisi, sayapun pamit utuk pulang duluan.
Ketika sampai di depan rumah tepat di mana vespa saya terparkir, ternyata benar. Body vespa dalam keadaan basah dan terdapat sedikit genangan air di atas tangki bensin. Melihat keadan itu saya mulai pesimis bahwa vespa akan sulit untuk dihidupkan.
Ternyata benar, setelah mencoba beberapa kali mengengkol kick starter, vespa tetap tidak mau menyala. Ketika itu, teman saya yang dua orang kebetulan mau pulang juga (berboncengan). Mereka pun menawarkan bantuan untuk menyetep vespa saya.
Sayapun mengiyakan tawarannya tersebut. Kebetulan waktu itu memang jalurnya sama searah dengan rumah saya.
Kurang lebih baru menyetep sekitar lima kilo teman saya berkata "Coba, sambil saya step kamu masukkan gigi persenelingnya ke gigi dua atau tiga". Sayapun melakukan apa yang dikatakannya. Ternyata vespanya dapat menyala untuk sementara waktu.
Benar saja baru berjalan puluhan meter vespa tersebut kembali mati. Dan setalah saya tengok ke belakang, teman yang tadi menyetep sudah tidak ada, kayaknya berputar arah, Sayapun tidak menyadari akan hal itu. Dalam hati, hanya kata-kata kotor yang terucap untuk teman saya tersebut.
Gerimis di malam itu kembali datang. Vespa saya dorong ke depan halaman rumah orang yang tidak saya kenal untuk berteduh. Saat itu juga, saya mencoba untuk memperbaiki vespa tersebut, Sembari berharap ada orang baik hati yang mau menolong.
Dan memang sial betul saya di malam itu, mau minta bantuan lewat handphone tapi batrenya habis, berharap ada orang yang menolong tapi ditunggu-tunggu tidak ada yang menolong.
Mungkin saya di tempat itu sekitar dua jam bahkan lebih. Mulai mengecek pengapian, membongkar pasang karburator bahkan tiga sampai empat kali sudah saya lakukan. Tetapi hasilnya sama saja vespa tetap tidak mau menyala.
Hanya ada satu kata yang ada di pikiran saya waktu itu, yaitu Pasrah!!!!! , ya mau bagaimana lagi undah mencoba segala cara tapi si vespa tetap tidak mau menyala. Jarak tempuh dari tempat saya saat itu masih sekitar 5 sampai 6 kilo untuk sampai ke rumah. Ya mau begitulah, terpaksa vespa saya dorong sendiri dengan tenaga yang masih tersisa :D
Kebetulan masih ada warung kelontong yang masih buka, satu botol air mineral saya beli untuk menemani perjalanan di malam itu.
Untuk sampai rumah, waktu itu jarak terdekat yang harus saya lalui harus melewati sekitar empat dusun, karena memang rumah saya terletak di daerah pedesaan.
Baru berjalan kurang lebih tiga ratus meteran, ketemulah saya dengan jalan yang menurun kemudian menanjak. Waktu turunnya sih enak tapi ketika menajak, Sumpah ndorong vespa dengan kondisi mesin mati dan tidak ada yang membantu rasanya berat banget. Bahkan ketika hampir sampai di atas rasanya vespa mau melorot turun kembali, tetapi tetap saya paksakan untuk sampai.
Saya standarkan vespa di jalan yang landai, sambil istirahat dan membuka tutup botol air mineral yang tadi saya beli untuk diminum. Baru satu sampai dua tenggukan rasa nikmat dari air mineral tersebut benar-benar terasa dan tak seperti ketika saya meminum air mineral pada umumnya.
Malam itu benar-benar sepi, sedikit gerimis datang kembali.
Perjalanan kembali saya lanjutkan. Hanya beberapa orang yang saya jumpai di malam itu, mungkin sudah pada terlelap di dalam kamar, karena suasananya memang nyaman untuk tidur di atas kasur.
Sampai akhirnya saya bertemu dusun kedua sebelum dusun saya.
Jalanannya begitu sepi dan terletak di pinggir permukiman, tidak ada lagi lampu pinggir jalan dan di situ juga ada kuburan, Dan benar-benar sepi, rasa takut dalam diri saya mulai muncul, tetapi mau bagaimana lagi, Vespa tetap saya dorong ditemani sunyi gelapnya malam.
Saya jumpai jembatan yang ada sungai mengalir dengan suara gemercik air terdengar di telinga. Tak lama setelah melewati jembatan tersebut, Terlihatlah sosok berwarna biru yang membuat jantung saya berdegup begitu kencangnya untuk beberapa saat.
Ternyata sosok tersebut adalah seseorang yang berdiri menggunankan jas hujan dan sedang memancing ikan di selokan kecil di sebelah jembatan.
"Haduuuh pak pak get geti wae" dalam hati benar-benar ketakutan tapi setelah tahu kalau sosok tersebut adalah seorang yang sedang macing, senyum kecil sekaligus rasa geli tak lepas menemani saya sambil mendorong vespa. Jadi kaya orang gila, Biarin.
Entah mendapat tenaga dari mana, Setelah istirahat tadi setelah di tanjakan, saya kuat untuk melanjutkan perjalanan sampai ke rumah. Mungkin juga karena jalanannya yang landai, sehingga beban si vespa tidak seberat ketika menajak tadi.
Sampailah di rumah yang menjadi tujuan utama saya. Vespa saya standarkan di depan pintu garasi, tidak langsung saya masukkan.
Tubuh ini saya bawa ke kursi panjang di depan rumah. Di situ saya hanya duduk menikmati rasa lelah yang membuat baju saya basah keringat, kepala nyut-nyutan dan beberapa saat ketika melihat seperti semuanya hitam.
Benar-benar sebuah pengalaman yang tidak mungkin untuk saya lupakan.
Okelah, mungkin sedikit berbagi cerita tentang Pengalam Saya Mendorong Vespa, cukup sampai di sini. Semoga bisa menjadi bacaan yang menarik serta memberikan hiburan. Terimakasih telah meluangkan sedikit waktunya untuk berkunjung dan membaca:D
Baca Juga : Alasan Cat Original Vespa Lebih Menarik
Beberapa hari setelah kejadian, saya bertemu dengan teman yang menyetep vespa saya waktu itu. Saya ceritakan semuanya kepadanya. Ternyata alasan dia putar balik adalah untuk membeli bensin di pom. Ya,,,asudahlah:D