Pentingnya Penyesuaian Dalam Menciptakan Kebiasaan Baik
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang gagal dalam menciptakan kebiasaan yang baik dalam hidupnya. Faktor utama kegagalannya adalah mereka tidak dapat konsisten dalam menjalaninya.
Mereka mungkin bisa menjalankan kebiasaan itu hanya satu hari atau dalam beberapa hari saja, tetapi di kemudian hari gagal untuk terus konsisten, dengan berbagai macam alasan yang membuat kebiasaannya itu terhenti sebelum mencapai titik keberhasilan.
Intinya kebiasaan apapun adalah menjadikannya kebiasaan sejak awal memulai, yang artinya harus dilakukan setiap hari tanpa gagal, tanpa ada hari untuk tidak melakukan kebiasaan tersebut.
Lalu bagaimana cara untuk kita supaya bisa konsisten dalam menjalankan kebiasaan itu tanpa ada kegagalan?
Jawabanya adalah kita perlu mencoba membuat kebiasaan yang luwes atau menyesuaikan situasi saat itu, dengan membagi tingkat kesulitannya.
Sebagai contoh
Saya mempunyai impian untuk menulis tiga puluh artikel dalam satu bulan. Yang mana target saya adalah bisa menyelesaikan satu artikel setiap harinya (itu adalah tujuan yang bagus), Tapi saya belum berhasil melakukannya setiap hari.
Pada prakteknya, biasanya saya bisa konsisten menulis satu artikel perhari selama satu minggu, di mana minggu-minggu setelahnya saya gagal untuk terus konsisten.
Lalu apa alasannya?
saya merasa lelah dan kehabisan ide karena langsung menyelesaikan satu artikel dalam satu waktu di depan layar laptop. Setiap kali menemukan suatu masalah, saya cenderung tidak bisa menyelesaikan menulis artikel dalam satu waktu, bahkan tidak melakukannya sama sekali.
Dan karena saya tidak bisa konsisten, maka kebiasaan itu mulai berantakan.
Namun di bulan berikutnya, masih dengan target yang sama, saya mulai melakukan penyesuaian. Pertama saya membagi waktu menulis dalam tiga waktu perhari, yaitu pagi, sore, dan malam. Dan dalam tiga waktu itu, saya bagi lagi dalam tingkat kesulitannya. Pagi hari saya menulis jumlah kata yang lebih banyak dibandingkan denga sore hari, di sore hari saya menulis lebih banyak kata dibanding malam hari, dan ketika malam, saya menulis kata lebih sedikit dibanding sore dan pagi hari (waktu menulis dan tingkat kesulitan dapat saya sesuaikan dengan aktivitas saya di hari itu).
Mungkin akan ada kendala lainnya, tapi saya selalu melakukan penyesuaian dalam menyelesaikan kendala dengan cara yang berbeda.
Dengan cara penyesuaian itu, saya merasa target untuk menulis satu artikel dalam satu hari lebih mudah untuk dilakukan.
Dari situ mulai tercipta kebiasan dengan target yang sama tetapi lebih mudah untuk konsisten dalam menjalaninya, sehingga membentuk sebuah sistem di alam bawah sadar yang lebih mudah utuk mengulanginya ketika menghapi masalah yang sama.
Kesalahan yang umum yang sering terjadi
Banyak orang yang ingin bisa produktif setiap harinya. Tapi ketika memaksakan untuk tegesa-gesa dengan memilih menyelesaikannya dalam satu waktu, tentu akan berdampak negatif, yaitu akan ada rasa bosan serta lelah, dll, sehingga sulit untuk konsisten dan menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan.
Hidup itu dinamis tidak statis. Jadi ketika berharap untuk bisa menciptakan kebiasaan maka diperlukan sebuah penyesuain untuk sampai ke tujuan supaya bisa tetap konsisten.
Ketika melakukan sesuatu yang mudah, tapi dilakukan secara konsisten, maka kita akan lebih mudah untuk bisa termotivasi dalam melakukan sesuatu yang lebih sulit.
Yang pasti melakukan sesuatu jauh lebih baik daripada tidak melakukan apapun. Karena lebih baik tidak sempurna tetapi konsisten, walaupun itu adalah hal yang mudah
Dan yang menjadi masalah adalah ketika kita terlalu berambisi memaksakan diri untuk mencapai sesuatu yang sulit, tanpa adanya penyesuaian, maka yang terjadi adalah resiko gagal untuk konsisten dalam menciptakan kebiasaan baik akan lebih besar.
Itulah pentingnya membagi tingkatan kesulitan dalam menjalankan langkah untuk sampai ke tujuan. Ketika kita sedang mengalami motivasi yang rendah, maka kita bisa mengambil tingkat kesulitan yang rendah, begitupun sebaliknya (kembali ke penyesuaian). Hal ini dilakukan untuk menjaga konsistensi dalam membentuk sebuah kebiasaan.
Mereka mungkin bisa menjalankan kebiasaan itu hanya satu hari atau dalam beberapa hari saja, tetapi di kemudian hari gagal untuk terus konsisten, dengan berbagai macam alasan yang membuat kebiasaannya itu terhenti sebelum mencapai titik keberhasilan.
Intinya kebiasaan apapun adalah menjadikannya kebiasaan sejak awal memulai, yang artinya harus dilakukan setiap hari tanpa gagal, tanpa ada hari untuk tidak melakukan kebiasaan tersebut.
Lalu bagaimana cara untuk kita supaya bisa konsisten dalam menjalankan kebiasaan itu tanpa ada kegagalan?
Jawabanya adalah kita perlu mencoba membuat kebiasaan yang luwes atau menyesuaikan situasi saat itu, dengan membagi tingkat kesulitannya.
Sebagai contoh
Saya mempunyai impian untuk menulis tiga puluh artikel dalam satu bulan. Yang mana target saya adalah bisa menyelesaikan satu artikel setiap harinya (itu adalah tujuan yang bagus), Tapi saya belum berhasil melakukannya setiap hari.
Pada prakteknya, biasanya saya bisa konsisten menulis satu artikel perhari selama satu minggu, di mana minggu-minggu setelahnya saya gagal untuk terus konsisten.
Lalu apa alasannya?
saya merasa lelah dan kehabisan ide karena langsung menyelesaikan satu artikel dalam satu waktu di depan layar laptop. Setiap kali menemukan suatu masalah, saya cenderung tidak bisa menyelesaikan menulis artikel dalam satu waktu, bahkan tidak melakukannya sama sekali.
Dan karena saya tidak bisa konsisten, maka kebiasaan itu mulai berantakan.
Namun di bulan berikutnya, masih dengan target yang sama, saya mulai melakukan penyesuaian. Pertama saya membagi waktu menulis dalam tiga waktu perhari, yaitu pagi, sore, dan malam. Dan dalam tiga waktu itu, saya bagi lagi dalam tingkat kesulitannya. Pagi hari saya menulis jumlah kata yang lebih banyak dibandingkan denga sore hari, di sore hari saya menulis lebih banyak kata dibanding malam hari, dan ketika malam, saya menulis kata lebih sedikit dibanding sore dan pagi hari (waktu menulis dan tingkat kesulitan dapat saya sesuaikan dengan aktivitas saya di hari itu).
Mungkin akan ada kendala lainnya, tapi saya selalu melakukan penyesuaian dalam menyelesaikan kendala dengan cara yang berbeda.
Dengan cara penyesuaian itu, saya merasa target untuk menulis satu artikel dalam satu hari lebih mudah untuk dilakukan.
Dari situ mulai tercipta kebiasan dengan target yang sama tetapi lebih mudah untuk konsisten dalam menjalaninya, sehingga membentuk sebuah sistem di alam bawah sadar yang lebih mudah utuk mengulanginya ketika menghapi masalah yang sama.
Kesalahan yang umum yang sering terjadi
Banyak orang yang ingin bisa produktif setiap harinya. Tapi ketika memaksakan untuk tegesa-gesa dengan memilih menyelesaikannya dalam satu waktu, tentu akan berdampak negatif, yaitu akan ada rasa bosan serta lelah, dll, sehingga sulit untuk konsisten dan menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan.
Hidup itu dinamis tidak statis. Jadi ketika berharap untuk bisa menciptakan kebiasaan maka diperlukan sebuah penyesuain untuk sampai ke tujuan supaya bisa tetap konsisten.
Ketika melakukan sesuatu yang mudah, tapi dilakukan secara konsisten, maka kita akan lebih mudah untuk bisa termotivasi dalam melakukan sesuatu yang lebih sulit.
Yang pasti melakukan sesuatu jauh lebih baik daripada tidak melakukan apapun. Karena lebih baik tidak sempurna tetapi konsisten, walaupun itu adalah hal yang mudah
Dan yang menjadi masalah adalah ketika kita terlalu berambisi memaksakan diri untuk mencapai sesuatu yang sulit, tanpa adanya penyesuaian, maka yang terjadi adalah resiko gagal untuk konsisten dalam menciptakan kebiasaan baik akan lebih besar.
Itulah pentingnya membagi tingkatan kesulitan dalam menjalankan langkah untuk sampai ke tujuan. Ketika kita sedang mengalami motivasi yang rendah, maka kita bisa mengambil tingkat kesulitan yang rendah, begitupun sebaliknya (kembali ke penyesuaian). Hal ini dilakukan untuk menjaga konsistensi dalam membentuk sebuah kebiasaan.