Kesalahan Dalam Mengelola Keuangan Yang Harus Dihindari
Ada satu kesalahan tentang bagaimana seseorang salah dalam mengelola keuangannya. Siapa saja bisa melakukannya, sayangnya seringkali kita tidak sadar dan terlambat untuk menyadarinya .
Bukan soal seberapa banyak uang yang dapat kita hasilkan setiap bulan, bisa jutaan sampai ratusan juta rupiah, bahkan lebih dari itu.
Kesalahan ini yang bisa membuat kita merasa menjadi miskin selamanya. Bahkan kalau kita sudah kaya, akan ada potensi besar untuk bangkrut di masa mendatang.
Lalu apa yang menjadi masalahnya?
Jawabannya adalah meningkatnya kebutuhan hidup karena menuruti semua keinginan untuk mendapatkan kepuasan.
Sebagai contoh
Saya bekerja di sebuah perusahaan yang cukup besar, dengan gaji di atas sepuluh juta setiap bulan. Delapan juta dari gaji itu, saya gunakan untuk mencukupi biaya kebutuhan hidup, seperti makan, beli bensin, membayar tagihan listrik, membayar asuransi kesehatan, dll.
Sedangkan sisa gaji dua juta, saya gunakan untuk beli baju baru, liburan, pesta, segala kemewahan, dll. Semua yang sebenarnya tidak penting untuk bisa tetap hidup dan beraktivitas secara normal.
Begitulah cara saya untuk menghabiskan gaji dalam satu bulan. Saya tidak menabung atu investasi untuk jangka panjang karena gaji yang didapatkan selalu habis setiap akhir bulan.
Sayangnya ketika gaji saya bertambah menjadi (misalnya) lima belas juta perbulan, ketika penghasilan meningkat, standar hidup saya juga meningkat. Dahulu makan di warung nasi padang, sekarang harus makan di restoran yang lebih mewah, dahulu cuma pakai motor, sekarang pakai mobil, dll.
Pada akhirnya di akhir bulan, saya mendapatkan hasil yang sama, yaitu tidak bisa berhemat dan tidak ada tabuangan atau investasi untuk masa mendatang.
Penghasilan bertambah bukan berarti pengeleuaran bertambah
Hal ini biasanya terjadi ketika kita punya lebih banyak uang tetapi akhirnya tetap mengeluarkan uang dalam jumlah lebih. Bukan mempertahankan gaya hidup seperti sebelumnya, malah mebambah pengeluaran.
Hal yang dahulu menjadi kemewahan, sekarang malah menjadi kebutuhan, begitu seterusnya. Bukannya menginvestasikan sisa uang, justru malah membutuhkan lebih banyak uang untuk menuruti gaya hidup yang baru.
Orang dapat menghabiskan uang sesuka hati mereka. Tapi ketika masalah atau keadaan darurat muncul untuk mengeluarkan uang yang tidak terduga, hal ini bisa menjadi masalah besar.
Sebagai contoh
Ketika saya masih bekerja di sebuah perusahaan besar dengan gaji lumayan, saat itu saya tidak peduli dengan yang namanya sakit, tidak bisa bekerja, bahkan dipecat dari perusahaan tersebut. Waktu itu saya sama sekali tidak memikirkannya. Dan itu bisa terjadi kapan saja tanpa saya sadari.
Saat waktu itu tiba, dunia serasa berputar 180 drajat. Saya akan kebingungan dengan masalah yang saya hadapi karena sama sekali tidak mempunyai tabungan, ditambah biaya hidup yang harus saya keluarkan untuk mencukupi kebutuhan dari gaya hidup mewah yang telah terbentuk sebelumnya.
Semua sudah tidak seperti dahulu lagi, seperti mengalami perputaran roda dan sedang berada dalam titik terendah.
Penghasilan yang tinggi tidak selalu berarti akan tejamin keamanan finansial.
Kebiasaan dalam mengelola finansial yang baik, akan berdampak baik di hari mendatang, begitu juga sebaliknya.
Apa untungnya ketika kita bisa berpenghasilan sepuluh juta perbulan tetapi gaya hidup mengharuskan kita untuk mengeluarkan uang yang sama atau bahkan lebih dari penghasilan.
Menjadi kaya bukan berarti seberapa banyak penghasilan yang bisa didapatkan, melainkan seberapa banyak penghasilan yang dapat kita amankan.
Jangan terjerumus dalam ilusi kekayaan yang ada di masyarakat sekitar kita
Kalau kita amati, Pasti banyak orang menghabiskan begitu banyak uang untuk terlihat kaya di mata orang lain.
Padahal belum tentu mereka yang bisa berbelanja pakaian setiap minggu, gonta-ganti kendaraan setiap bulan, selalu mengikuti trend masa kini, adalah mereka yang benar-benar kaya.
Menjadi sebuah ironi, saat banyak orang yang telah berjuang secara finansial dan menghamburkan uangnya, hanya untuk membeli barang-barang terkenal dengan harga mahal, supaya dipandang lebih di mata orang lain.
Dan itulah yang terjadi di masyarakat kita saat ini.
Kebiasan seperti itu biasanya terbentuk dari lingkungan sekitar, teman sepergaulan, media sosial, yang menjalani pola hidup seragam, sehingga kita diharapkan untuk menjadi sama karena semua orang menganggapnya seperti normal.
Normal dalam arti mayoritas melakukan sesuatu yang sama (walaupun itu salah) dan terus berulang-ulang.
Jadi apa yang harus dilakukan?
Mengetahui, sadar, mengakui akan hal itu adalah langkah awal yang bagus untuk berubah. Jika kita mengerti bahwa itu yang terjadi, dan mungkin juga kita melakukannya, intropeksi dirilah, mulai disiplin untuk menjadi yang lebih baik.
Sebelum mengeluarkan uang, coba pikirkan dan tanyakan pada diri sendiri, apakah yang kita inginkan itu penting, apakah memang membubutuhkannya, atau cuma sekedar nafsu untuk memiliki.
Ketika memutuskan untuk membeli barang, kejarlah fungsi dari barang yang mau dibeli, bukan gengsi.
Realita yang terjadi dan solusinya
Karena pada faktanya, banyak dari kita yang mengeluarkan uang untuk berbelanja barang, dan tergesa-gesa tanpa berfikir fungsi dan manfaat dari barang yang dibeli. Sehingga semua itu menjadi mubazir atau sia-sia.
Karena bukan berarti ketika kita mampu untuk membeli suatu barang, kita membutuhkan barang tersebutk. Mulailah bersikap bijak dan tanyakan dalam diri sendiri sebelum mengambil keputusan.
Berhentilah menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak penting dan sama sekali tidak memberikan manfaat untuk masa mendatang. Karena kita pernah tahu apa yang akan terjadi dengan hari esok dan seterusnya.
Bukan soal seberapa banyak uang yang dapat kita hasilkan setiap bulan, bisa jutaan sampai ratusan juta rupiah, bahkan lebih dari itu.
Kesalahan ini yang bisa membuat kita merasa menjadi miskin selamanya. Bahkan kalau kita sudah kaya, akan ada potensi besar untuk bangkrut di masa mendatang.
Lalu apa yang menjadi masalahnya?
Jawabannya adalah meningkatnya kebutuhan hidup karena menuruti semua keinginan untuk mendapatkan kepuasan.
Sebagai contoh
Saya bekerja di sebuah perusahaan yang cukup besar, dengan gaji di atas sepuluh juta setiap bulan. Delapan juta dari gaji itu, saya gunakan untuk mencukupi biaya kebutuhan hidup, seperti makan, beli bensin, membayar tagihan listrik, membayar asuransi kesehatan, dll.
Sedangkan sisa gaji dua juta, saya gunakan untuk beli baju baru, liburan, pesta, segala kemewahan, dll. Semua yang sebenarnya tidak penting untuk bisa tetap hidup dan beraktivitas secara normal.
Begitulah cara saya untuk menghabiskan gaji dalam satu bulan. Saya tidak menabung atu investasi untuk jangka panjang karena gaji yang didapatkan selalu habis setiap akhir bulan.
Sayangnya ketika gaji saya bertambah menjadi (misalnya) lima belas juta perbulan, ketika penghasilan meningkat, standar hidup saya juga meningkat. Dahulu makan di warung nasi padang, sekarang harus makan di restoran yang lebih mewah, dahulu cuma pakai motor, sekarang pakai mobil, dll.
Pada akhirnya di akhir bulan, saya mendapatkan hasil yang sama, yaitu tidak bisa berhemat dan tidak ada tabuangan atau investasi untuk masa mendatang.
Penghasilan bertambah bukan berarti pengeleuaran bertambah
Hal ini biasanya terjadi ketika kita punya lebih banyak uang tetapi akhirnya tetap mengeluarkan uang dalam jumlah lebih. Bukan mempertahankan gaya hidup seperti sebelumnya, malah mebambah pengeluaran.
Hal yang dahulu menjadi kemewahan, sekarang malah menjadi kebutuhan, begitu seterusnya. Bukannya menginvestasikan sisa uang, justru malah membutuhkan lebih banyak uang untuk menuruti gaya hidup yang baru.
Orang dapat menghabiskan uang sesuka hati mereka. Tapi ketika masalah atau keadaan darurat muncul untuk mengeluarkan uang yang tidak terduga, hal ini bisa menjadi masalah besar.
Sebagai contoh
Ketika saya masih bekerja di sebuah perusahaan besar dengan gaji lumayan, saat itu saya tidak peduli dengan yang namanya sakit, tidak bisa bekerja, bahkan dipecat dari perusahaan tersebut. Waktu itu saya sama sekali tidak memikirkannya. Dan itu bisa terjadi kapan saja tanpa saya sadari.
Saat waktu itu tiba, dunia serasa berputar 180 drajat. Saya akan kebingungan dengan masalah yang saya hadapi karena sama sekali tidak mempunyai tabungan, ditambah biaya hidup yang harus saya keluarkan untuk mencukupi kebutuhan dari gaya hidup mewah yang telah terbentuk sebelumnya.
Semua sudah tidak seperti dahulu lagi, seperti mengalami perputaran roda dan sedang berada dalam titik terendah.
Penghasilan yang tinggi tidak selalu berarti akan tejamin keamanan finansial.
Kebiasaan dalam mengelola finansial yang baik, akan berdampak baik di hari mendatang, begitu juga sebaliknya.
Apa untungnya ketika kita bisa berpenghasilan sepuluh juta perbulan tetapi gaya hidup mengharuskan kita untuk mengeluarkan uang yang sama atau bahkan lebih dari penghasilan.
Menjadi kaya bukan berarti seberapa banyak penghasilan yang bisa didapatkan, melainkan seberapa banyak penghasilan yang dapat kita amankan.
Jangan terjerumus dalam ilusi kekayaan yang ada di masyarakat sekitar kita
Kalau kita amati, Pasti banyak orang menghabiskan begitu banyak uang untuk terlihat kaya di mata orang lain.
Padahal belum tentu mereka yang bisa berbelanja pakaian setiap minggu, gonta-ganti kendaraan setiap bulan, selalu mengikuti trend masa kini, adalah mereka yang benar-benar kaya.
Menjadi sebuah ironi, saat banyak orang yang telah berjuang secara finansial dan menghamburkan uangnya, hanya untuk membeli barang-barang terkenal dengan harga mahal, supaya dipandang lebih di mata orang lain.
Dan itulah yang terjadi di masyarakat kita saat ini.
Kebiasan seperti itu biasanya terbentuk dari lingkungan sekitar, teman sepergaulan, media sosial, yang menjalani pola hidup seragam, sehingga kita diharapkan untuk menjadi sama karena semua orang menganggapnya seperti normal.
Normal dalam arti mayoritas melakukan sesuatu yang sama (walaupun itu salah) dan terus berulang-ulang.
Jadi apa yang harus dilakukan?
Mengetahui, sadar, mengakui akan hal itu adalah langkah awal yang bagus untuk berubah. Jika kita mengerti bahwa itu yang terjadi, dan mungkin juga kita melakukannya, intropeksi dirilah, mulai disiplin untuk menjadi yang lebih baik.
Sebelum mengeluarkan uang, coba pikirkan dan tanyakan pada diri sendiri, apakah yang kita inginkan itu penting, apakah memang membubutuhkannya, atau cuma sekedar nafsu untuk memiliki.
Ketika memutuskan untuk membeli barang, kejarlah fungsi dari barang yang mau dibeli, bukan gengsi.
Realita yang terjadi dan solusinya
Karena pada faktanya, banyak dari kita yang mengeluarkan uang untuk berbelanja barang, dan tergesa-gesa tanpa berfikir fungsi dan manfaat dari barang yang dibeli. Sehingga semua itu menjadi mubazir atau sia-sia.
Karena bukan berarti ketika kita mampu untuk membeli suatu barang, kita membutuhkan barang tersebutk. Mulailah bersikap bijak dan tanyakan dalam diri sendiri sebelum mengambil keputusan.
Berhentilah menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak penting dan sama sekali tidak memberikan manfaat untuk masa mendatang. Karena kita pernah tahu apa yang akan terjadi dengan hari esok dan seterusnya.
Saat punya uang berlebih, tabung, investasikan untuk masa mendatang dan hiduplah sesuai dengan kemampuan, bukan untuk menuruti segala keinginan.
Orang-orang dengan pendapatan tinggi mungkin akan lebih banyak kemudahan. Tetapi ketika mereka tidak bisa memanfaatkannya dengan bijak, maka akan ada potensi untuk bangkrut di masa mendatang.
Dan orang-orang yang berpenghasilan lebih rendah, tetapi sadar tentang kebutuhan yang sekiranya benar-benar perlu, dan mampu untuk menyisahkan uang dari penghasilannya, akan berpeluang besar untuk punya tabungan lebih di masa mendatang.
Orang-orang dengan pendapatan tinggi mungkin akan lebih banyak kemudahan. Tetapi ketika mereka tidak bisa memanfaatkannya dengan bijak, maka akan ada potensi untuk bangkrut di masa mendatang.
Dan orang-orang yang berpenghasilan lebih rendah, tetapi sadar tentang kebutuhan yang sekiranya benar-benar perlu, dan mampu untuk menyisahkan uang dari penghasilannya, akan berpeluang besar untuk punya tabungan lebih di masa mendatang.
Mulai sekarang, kita harus menentukan pilihan tepat untuk sukses di masa depan dengan memahami hal mana yang bijak atau tepat dalam mengambil sebuah tindakan serta keputusan.