Belajar Adab Supaya Beradab Menjadi Manusia yang Beretika
Terkadang apa yang kita inginkan, orang lain tidak bisa memahami dan mengerti.
Rasa untuk saling menghormati dan menghargai kepentingan orang lain di atas ego sendiri nampaknya semakin hari semakin menipis.
Apalagi adab dan empati yang normalnya harus dimiliki setiap individu manusia untuk bisa mengerti keresahan orang lain, nampaknya juga sudah mulai terabaikan.
Ingat kita itu manusia
Makhluk yang diberikan akal pikiran oleh tuhan dan lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Kita manusia.
Kita, aku, kamu, mereka, dia. Sama sama punya perasaan sama-sama butuh ketenangan, sayangnya jarang orang sadar untuk bisa meredam egonya untuk sekedar mempersilahkan orang lain untuk mendapatkan haknya sebagai manusia.
Lalu apakah kita hidup harus jauh mementingkan perasaan orang lain dibandingkan diri sendiri?
Apakah kita harus selalu membuat senang orang lain sehingga kita terbelenggu dengan penilaian orang lain?
Tentu bukan itu jawabannya.
Maksudnya adalah semua harus seimbang. Disini pentingnya pemahaman tentang adab harus ditanamkan sejak dini.
Batasan apa saja yang boleh dan mana yang kurang tepat untuk kita lakukan sebagai makhluk sosial.
Cara simpelnya adalah belajarlah memposisikan dirimu sebagai orang lain
Kamu senang atau tidak jika orang lain memperlakukanmu seperti itu. Jika kamu tidak suka atau maka jangan lakukan hal seperti itu kepada orang lain.
Contoh kasusnya adalah. Kamu seharian sudah lelah beraktivitas, malam harinya ingin tidur nyenyak sampai pagi tanpa adanya gangguan apapun. Tapi pada kenyataannya tidurmu harus terganggu mendengar orang lain pada bercanda, berteriak keras, tertawa, sehingga waktu tidurmu menjadi kurang bahkan bisa jadi malah tidak tidur.
Pasti kamu akan marah kan. Maka jangan melakukan apapun sesuatu yang membuat diri kita tidak nyaman kepada orang lain.
Begitupun sebaliknya.
Lakukanlah apa yang orang lain lakukan kepadamu yang bisa membuat dirimu merasa nyaman, tenang, senang dan bahagia.
Batasi juga inginmu supaya tidak merasa kecewa. Biarkan hukum alam yang bekerja.
Nah kurang lebih seperti itulah contoh s impelnya.
Kalau tidak ingin diganggu ya jangan ganggu. Kalau ingin dibantu ya silahkan bantu orang lain.
Semua akan ada timbal baliknya.
Tidak perlu terlalu ikut campur masalah pribadi orang lain
Satu hal yang sangat disayangkan dari masyarakat kita adalah terlalu banyak ikut campur masalah pribadi orang lain.
Terlalu gampang untuk menilai atau bahkan menghujat orang lain yang tidak sesuai keinginannya.
Mending kalau kenal, la kalau tidak kenal atau bahkan mereka tidak tahu siapa kita.
Tapi kita sibuk ikut campur dalam kehidupannya. Memuji ketika dianggap suci dan dengan gampangnya membenci saat ada yang bersebrangan sudut pandang.
Ditambah teknologi yang semakin maju seperti sekarang ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa ada sisi gelap manusia bisa menjadi liar jika tidak segera disadari dan ditangani.
Berhenti ghibah orang lain
Rasanya sulit sekali untuk tidak berbicara tentang orang lain, apalagi kita manusia adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan orang lain.
Topik obrolan ketika sudah kehabisan bahan, biasanya mayoritas orang cenderung untuk membahas orang lain.
Sayangnya termasuk mengungkit keburukan orang lain, menyebar aib, bahkan membuat stigma yang berujung fitnah. Padahal apa yang dibicarakan belum tentu sesuai dengan realita.
Sebenarnya sudah bisa ditebak. Jika berhadapan dengan lawan bicara yang topik pembahasannya ngomongin orang lain, ketika dia tidak bersama kita kemungkinan besar kitalah yang menjadi bahan obrolannya.
Mari kita rubah kebiasaan ini.
Seseorang yang cerdas pasti topik obrolannya berkaitan dengan bisnis, masa depan, ide ide inovasi, yang tentunya berkaitan dengan mengejar kesuksesannya di masa depan.
Waktu yang begitu cepat berlalu sebaiknya tidak kita sia siakan untuk hal hal tidak berguna. Karena waktu yang sudah berlalu tak akan pernah bisa untuk diputar kembali